Bulan Ramadhan: Momentum Meminimalisir Perilaku Konsumtif

Efek menjadikan makan sebagai gaya hidup, khusus di bulan Ramadhan menyebabkan penawaran terus meningkat seiring dengan peningkatan permintaan konsumen. Padahal jika dilihat dari segi waktu yang tersedia untuk melakukan konsumsi, justru sangat terbatas. Seandainya pola konsumsi yang kita lakukan sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah “makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang”, niscaya kita mampu melakukan penghematan biaya hidup dan saving dalam sebulan penuh. Mencermati realitas yang demikian, ada dua problem besar yang layak diurai. Pertama, terkait perilaku konsumsi yang tidak wajar dari sebahagian besar masyarakat muslim. Kedua, kesadaran akan nilai dan hikmah kehadiran bulan Ramadhan. Peningkatan konsumsi yang berlebih bisa jadi dikarenakan umat Islam belum memahami sepenuhnya etika konsumsi yang diajarkan oleh Islam. Lebih parahnya lagi, hal tersebut terjadi ketika seharusnya konsumsi atas kebutuhan fisiologis dapat dikekang dan dikurangi
Maraknya budaya konsumerisme ini disinyalir tidak terlepas dari perkembangan budaya kapitalisme yang berusaha menempatkan konsumsi pada titik sentral kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. Sehingga masyarakat terus berlomba-lomba untuk menjadi manusia konsumtif, termasuk masyarakat muslim. Sejauh ini, perilaku ini juga tidak terlepas dari peran media massa yang menyajikan berbagai iklan yang menghipnotis umat Islam untuk menjadi manusia konsumtif. Para media juga berlomba melemparkan ke pasar berbagai komoditas yang diproduksi dengan sensibilitas keagamaan, bernuansa bulan suci Ramadhan.
Maka secara sadar atau tidak sadar, disinilah sebenarnya terjadi proses pembenaran atas perilaku konsumtif umat Islam, khusus pada bulan puasa terjadi. Disisi lain, tanpa kita sadari sebenarnya umat Islam pada bulan Ramadhan selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis para produsen. Perkembangan kapitalisme global telah memaksa umat Islam pada suatu kondisi dimana seolah-olah ‘hasrat’ mengkonsumsi lebih diutamakan dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan.

Related Posts

Leave a Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.